ibtimes.com |
Bukan bermaksud menggurui atau sok bagaimana. Namun ini adalah pengalaman pribadi, dulu (kalau tidak salah sekitaran tahun 2006-2007) awal bekerja di Tabloid Agrobis, Jawa Pos Grup yang berkantor di daerah Karah Agung, Surabaya. Pertama kali (akadnya melamar jadi) wartawan, bukan langsung disuruh liputan. Tapi, malah di order untuk membenarkan surat pembaca. Nah lo, hal tersebut tidak pernah terbayang sekalipun.
Waktu tahu saya diterima kerja, senangnya bukan main. Begitu sudah masuk, lah kok malah disuruh nulis (membetulkan) surat pembaca, tapi tidak masalah, posisi sudah bekerja, kerja pertama tidak liputan keluar, itu artinya tidak keluar duit he he he.
Apakah mudah membenarkan surat pembaca tersebut? Tidak sepenuhnya benar, padahal sebelumnya, saat kita baca koran di warung kopi atau rumah. Kolom surat pembaca kita anggap sepele, kalimat pendek-pendek, tidak ada foto, isinya sebagian besar komplain, pendeknya, kurang menarik.
Tapi, pertama saya pegang surat pembaca yang isinya tanya tips perawatan tambulampot (tanaman buah dalam pot), peternakan sampai tanya alamat serta kontak person nurseri atau kios yang menjual tanaman. Isinya memang pendek, namun, menulis surat pembaca ternyata harus banyak penyesuaian. Pertama, jumlah kata atau kalimat, jika sudah jadi dan ternyata tidak sesuai ukuran halaman, akan dirubah lagi. Paling apes, tidak dirubah tapi dari beberapa surat pembaca yang sudah kita edit akan dikurangi, dibuat untuk edisi minggu depannya lagi.
Bagaimana dengan tata bahasa? Nah, di sini salah satu alasan, kenapa saya ditugaskan pertama kali menulis surat pembaca. Editor maupun redaksi, ingin melihat, sejauh mana kecakapan saya dalam menulis. Tata letak SPO (Subyek, Predikat, Obyek), padu tidaknya rangkaian kalimat dalam paragraf yang saya buat. Dan, ingat, surat pembaca letaknya di kolom, tidak besar spotnya. terkadang, pembaca yang menulis atau kirim lewat email, jumlahnya bisa ditulis dalam satu halaman, bahkan lebih. Di sini tantangannya, merubah surat yang sebelumnya panjang menjadi, pendek, ringkas dan dimengerti isinya.
Sampai-sampai, ada guyonan, bila ingin tahu kecapakan seorang wartawan, bagus tidaknya tulisan mereka. Salah satu alat untuk mengujinya adalah dengan membuat surat pembaca, bagaimana enak dibaca atau tidak, jumlahnya tidak banyak dan maksud bisa kita terima. Nah, ingin belajar nulis? Coba contoh surat pembaca.
Label:
About Writing
Responses
0 Respones to "Belajar Nulis? Contoh Surat Pembaca"
Post a Comment