2. Kretek dan tembakau sudah melekat dalam budaya dan identitas Indonesia. Legenda Rara Mendut dan Pranacitra tidak dapat dilepaskan dari kisah tentang rokok dan tembakau. Cengkeh, salah satu bahan baku kretek, bahkan telah menjadi ikon Indonesia sebagaimana terlihat pada lembaran uang pecahan Rp 20.000. Di masyarakat pedesaan, kretek menjad perekat pergaulan yang lazim disediakan pada berbagai peristiwa seperti kerja gotong royong membangun rumah, kenduri, ruwatan, bersih desa dsb. Sebagian masyarakat spiritual biasa menggunakan kretek sebagai pelengkap hidangan sesaji.
3. Masyarakat konsumen kretek dan tembakau di pedesaan Jawa mengenal istlah kretek tingwe yang artinya linting dhewe atau dilinting sendiri. Para penggemar kretek yang juga suka meminum kopi biasa mengoleskan ampas kopi pada batang kretek yang dihisapnya. Aroma yang timbul dari olesan akan memberi aroma yang khas.
4. Sejumlah kalangan meyakini kretek ditemukan pada akhir abad ke 19 oleh Haji Djamari yang secara tidak sengaja menambahkan cengkeh pada rokoknya. Dari campuran itu, Ia mendapatkan citarasa dan aroma yang khas dan lebih dari sekedar aroma tembakau.
5. Tembakau, yang menjadi bahan utama kretek, memiliki kandungan nikotin tinggi. Tapi, nikotin tidak hanya ada pada tembakau. Sayuran seperti terong juga mengandung nikotin dengan kadar jauh lebih rendah.
6. Apakah nikotin menyebabkan kanker? Ahli biologi molekuler dari Malang, Prof Sutiman, berpendapat bahwa kanker ditimbulkan oleh senyawa radikal bebas yang dihasilkan oleh proses pembakaran. Radikal bebas ada pada berbagai makanan yang diolah dengan cara dibakar seperti sate, ikan bakar serta bahan singkong atau jagung bakar.
7. Industri kretek adalah muara dari pertanian tembakau domestik. Karenanya ketahanan industri kretek menjamin keberlangsungan pertanian tembakau serta cengkeh dalam negeri. Selama industri kretek masih hidup, permintaan tembakau dan cengkeh lokal akan tetap ada. Impor tembakau Indonesia terjadi karena adanya kebutuhan tembakau virginia yang menjadi bahan baku rokok putih, bukan kretek.
8. Industri kretek di Indonesia mulai tumbuh pada awal abad ke 20 ketika M. Nitisemito merintis produksi kretek dengan merek Bal Tiga. Tidak lama setelah meninggalnya Haji Djamhari, Nitisemito mencapai masa kejayaan usahanya pada awal abad 20. Pada masa tersebut, digambarkan dalam buku Seribu Tahun Nusantara (Kristanto: 2000), si Raja Kretek tersebut mampu menyewa dua orang akuntan dari pemerintah kolonial Belanda dan menggaji 10 ribu pekerja serta mampu menghasilkan 10 juta batang kretek per hari. Produknya menjangkau kota-kota di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan bahkan ke negeri Belanda. Ia kreatif dalam memasarkan produknya, misal, dengan menyewa pesawat terbang Fokker seharga 200 gulden saat itu untuk mempromosikan rokoknya ke Bandung dan Jakarta. Saking tersohornya, Nitisemito, Bung Karno sampai menyebutnya dalam pidato "Lahirnya Pancasila", 1 Juni 1945.
9. Menyusul surutnya perusahaan Nitisemito, mulai bermunculan perusahan-perusahaan kretek baru dengan merk seperti Djarum, Gudang Garam, Sampoerna, Minakdjinggo, Bentoel dan Jambu Bol. Pabrik-pabrik kretek besar itu menyerap hampir seluruh produksi tembakau petani. Pada masa panen buruk seperti tahun 2010, perusahaan kretek seperti Djarum bahkan tetap membeli tembakau petani Temanggung pada tingkat harga yang baik.
10. Dengan bahan baku 96 persen berasal dari dalam negeri, industri kretek yang sangat berorientasi domestik masih terus hidup. Industri sejenis seperti gula tebu, garam dan minyak kelapa sudah lebih dulu hancur oleh terpaan badai persaingan bisnis dan politik ekonomi. Petani kelapa, tebu dan garam tidak pernah bisa memulihkan usaha mereka setelah industrinya dihancurkan pada periode 70-an dan 80-an. Dibanding industri keuangan dan perbankan yang penuh skandal dan korupsi, industri kretek hanya mengalami sedikit guncangan dalam melewati masa krisis ekonomi yang sangat parah pada pertengahan 1990-an.
11. Pasar kretek yang luar biasa di dalam negeri melahirkan beberapa perusahaan domestik yang menguasai industri. Keuntungan industri yang sangat besar, menarik pada industrialis dan pemilik modal untuk masuk dalam arena persaingan, baik pada pasar kretek, rokok putih maupun pasar produk pengganti nikoton. Peta industri seperti ini menyulitkan pendatang baru untuk masuk dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan lama yang sudah mapan.
12. Meskipun persaingannya ketat, PBNU mendirikan pabrik kretek PT Bintang Bola Dunia (BBD) dengan produk perdana Rokok Kretek Tali Jagat, Desember 2002, di Malang. Modal yang diinvestasikan dalam produk rokok SKT itu mencapai Rp 9 miliar dengan pabrik seluas 3.000 meter persegi dan menyerap tenaga kerja 500 orang. NU, yang dikenal massanya tersebar di sejumlah daerah penghasil tembakau seperti Temanggung (Jawa Tengah), Bojonegoro, Situbondo dan banyak lagi di Jawa Timur. Pabrik-pabrik rokok yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar pun terkonsentrasi di kantong-kantong NU seperti Kudus, Kediri, Malang dan Surabaya.
13. Pasar kretek yang luar biasa di dalam negeri pernah coba digeser oleh rokok putih. Dengan mengusung isu kesehatan (tingginya kadar tar dan nikotin pada kretek), perusahaan raksasa rokok putih dunia melakukan lobi-lobi demi terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No 81 Tahun 1999 yang menyudutkan kretek. Namun Presiden Abdurrahman Wahid melalui PP No 32 Tahun 2000, berikutnya Presiden Megawati melalui PP No 19 Tahun 2003, melumpuhkan kedigdayaan perusahaan rokok putih dunia itu.
Label: Social Culture
Responses
0 Respones to "Yang Perlu Anda Tahu Tentang Kretek (page 1 of 2)"
Post a Comment