Resi Gutomo dikenal sebagai seorang Resi yang Sidik Wasana (berpandangan luas, bijaksana dan mengerti olah batin). Dia menjadi panutan hidup para cantriknya, apa yang diucapkan dan dilakukan selalu benar karena Resi Gutomo gentur tapanya. Dia mengajari anak-anaknya kelak menjadi orang yang berguna, demikian juga Resi Gutomo mendidik istrinya untuk selalu setia kepada keluarga, suami dan anak-anaknya.
Dewi Indradi, walau usia sudah tidak muda lagi tetapi masih cantik karena terbiasa Ngadi Salira dan Ngadi Busana ( menjaga kecantikan serta tampilan, busana, pakaian) sehingga sang Resi semakin sayang.
Pada suatu ketika Padhepokan Grastina kesaput mendhung, bukan karena akan hujan tetapi sang Resi merasakan perbedaan suasana di padhepokan sehingga dia hangrasuk busana kapandhitan manjing jroning sanggar pamelengan meminta nugrahaning jawata supaya dapat nyirep mendhung yang menutupi jagatnya padepokan.
Awal mulanya terjadi suasana yang mengusik padhepokan tidak nyaman adalah, di sebelah barat dari padhepokan Grastina ada sebuah telaga yang bernama telaga Kumala. Airnya jernih sebagai sumber kehidupan penduduk padhepokan tersebut, mulai pengairan pertanian, kebutuhan hewan piaraan dan keluarga, sehingga telaga tersebut segala-galanya bagi warga di sana.
Ketika Dewi Indradi sedang mandi di telaga pada siang hari, datanglah Dewa Matahari yang bernama Bathara Surya, dia tertarik akan kecantikan Dewi Indradi sehingga terjadi dialog cinta Dewi Indradi dengan Bathara Surya sehingga akhirnya Dewi Indradi diberi hadiah cincin sakti milik Bathara Surya bernama Cupu Manik Astagina.
Dengan Cupu Manik Astagina, Dewi Indradi berubah sikap terhadap keluarga, sehingga Resi Gutomo semakin curiga, apalagi ketiga anaknya sering bertengkar ingin memilik Cupu Manik Astagina. Sang Resi kemudian mengumpulkan istri dan ketiga anaknya untuk memecahkan masalah padhepokan tersebut. Nampaknya Dewi Indradi ketakutan sehingga lebih banyak diam daripada menjawab malah salah.
Resi Gutomo menanyakan pada anak pertamanya Dewi Anjani, apa sebabnya mereka selalu bertengkar, apa yang diperebutkan, lalu Dewi Anjani menunjukkan Cupu Manik Astagina kepada Resi Gutomo, setelah melihatnya, Resi jadi heran sebab Ia tahu bahwa barang tersebut milik Bathara Surya. Kenapa sampai jadi rebutan anaknya, lantas Resi bertanya pada sang istri, asal muasal sampai barang tersebut berada di tangannya.
Dewi Indradi karena takut terbongkar rahasianya dengan Bathara Surya, lebih memilih diam. Setiap pertanyaan tidak dijawab. Akhirnya sang Resi pun marah dan Dewi Indradi disabda menjadi patung dan terjadilah. Ketiga anak Resi menangis dan marah pada Resi karena Ibu mereka sudah berubah menjadi patung. Dijawab oleh Resi,"Ora usah digetuni marga Ibu-mu ngundhuh wohing pakarti,".
Ketiga anak Resi, tetap ngotot ingin memiliki Cupu Manik Astagina tersebut sehingga Resi melempar Cupu Manik Astagina tersebut ke Telaga Kumala dan ketiga anaknya, lari mengejarnya, masuk ke telaga ingin menemukan barang tersebut. Tetapi Guarsa dan Guarsi setelah menyelam dan keluar dari air berubah wujud menjadi seekor kera dengan nama Subali dan Sugriwo dan Dewi Anjani karena hanya cuci muka maka berubah tubuhnya seorang wanita tapi wajahnya menjadi seperti kera. Ketiga anaknya tersebut oleh Resi Gutomo dikatakan,"Wong milik biasane gendhong lali, iku wis jumbuh karo kelakuane,".
Dari cerita ini perlu diingat tentang Ngundhuh Wohing Pakarti serta Wong Milik Nggendong Lali.
- Barang siapa yang menanam dialah yang akan menuai, tetapi barang siapa yang menuai, tidak ikut menanam dialah seorang pencuri
- Orang yang menanam padi, rumput pun ikut tumbuh, Tetapi orang menanam rumput, tidak mungkin padi ikut tumbuh. Artinya orang yang berbuat baik pasti banyak tantangannya, tetapi berbuat kejelekan tidak akan sedikitpun kebaikan akan tumbuh.
- Nampaknya kejahatan akan lebih banyak cara dan lebih bersemangat untuk mencapainya, sehingga wong milik nggendong lali menyebabkan mata menjadi buta dan telinga jadi tuli (mata picek kuping budheg)
- Oleh karena itu, sak beja bejane wong lali isih bejo wong eling lan waspada
- Sura dira jayaningrat lebur dini pangastuti
(Komisi Daerah Lanjut Usia Kab Sidoarjo - Provinsi Jawa Timur)
Label: Social Culture
Responses
0 Respones to "Ngundhuh Wohing Pakarti"
Post a Comment